Gianluigi Buffon mengaku bahwa depresi yang dialaminya pada musim yang lalu tersebut diakibatkan karena kekalahan Juventus, tim yang kala itu telah dibela oleh penjaga gawang kelahiran Carrara, Tuscany, Italia ini dipartai final piala Liga Champions musim dua ribu tiga hingga dua ribu empat lalu dan yang lebih menyakitkannya lagi, klub yang berjuluk La Vecchia Signora atau si nyonya tua tersebut harus bertekuk lutut dari rival satu kompetisi berita bola mereka di Italia, AC Milan dan melalui babak adu pinalti dimana peranan seorang penjaga gawang sangatlah berperan dalam kemenangan sebuah tim perkuat lini tengah milan incar gelandang barca.
Tidak hanya sampai disitu saja penyebab dari depresi yang dialami oleh Gianluigi Buffon namun buruknya performa Juventus pada musim sepakbola tahun dua ribu tiga hingga dua ribu empat juga menyebabkan penjaga gawang yang memiliki tiga orang anak laki - laki ini sangat sedih hingga depresi. Mungkin rasa bersalah dalam diri Gianluigi Buffon terlalu besar mengingat posisinya sebagai penjaga gawang berita bola dunia yang merupakan titik pertahanan terakhir sebuah tim namun ia juga tidak seharusnya menyalahkan dirinya sendiri seperti itu karena life goes on my man.
Kala itu Gianluigi Buffon juga mengaku bahwa dirinya secara reguler dan teratur mengunjungi psikiater dan psikolog guna menangani depresi yang diderita olehnya dan mencegah dirinya dari melakukan hal - hal yang tidak diinginkan berita bola indonesia dan berhubungan dengan tali tambang, senjata api, atau melompat. Namun Gianluigi Buffon juga secara tegas kala itu menolak penggunaan obat - obatan yang bersifat penenang karena ia khawatir zat tersebut bisa mengganggu performanya menghalau si kulit bundar di atas lapangan hijau baik ketika membela Juventus maupun tim nasional Italia dan tidak memperlihatkan tindakan kasar.
Akan tetapi kisah ini memiliki akhir atau ending yang bahagia karena Gianluigi Buffon secara mantap dan meyakinkan berhasil mengalahkan rasa depresi yang menerjangnya tersebut tepat sebelum pergelaran piala Eropa tahun dua ribu empat bergulir. Sebagai penjaga gawang dan juga pemain klub sekaliber Juventus, memang sudah tidak seharusnya seorang Gianluigi Buffon bisa semudah itu jatuh ke dalam jurang gelap bernama depresi karena banyak sekali anak - anak kecil dan generasi penerus sepakbola lainnya yang mengidolakan sosok Gianluigi Buffon baik di dalam maupun di luar pertandingan sepakbola.
Sekarang kita akan membahas kehidupan seorang Gianluigi Buffon diluar dunia sepakbola yang sudah lebih dari dua puluh tahun digelutinya. Pada tanggal empat belas bulan November tahun dua ribu delapan, Gianluigi Buffon merilis sebuah buku otobiografi tentang dirinya dalam versi Italia berjudul Numero Uno atau Numero 1. Buku ini ditulis dengan kolaborasi bersama penulis terkenal Roberto Perrone. Pemain sepakbola yang telah mencapai berbagai macam hal dalam karirnya memang hampir dipastikan akan membuat sebuah otobiografi atau film dokumenter yang mengisahkan kerasnya perjuangan mereka.
Tidak hanya sampai disitu saja penyebab dari depresi yang dialami oleh Gianluigi Buffon namun buruknya performa Juventus pada musim sepakbola tahun dua ribu tiga hingga dua ribu empat juga menyebabkan penjaga gawang yang memiliki tiga orang anak laki - laki ini sangat sedih hingga depresi. Mungkin rasa bersalah dalam diri Gianluigi Buffon terlalu besar mengingat posisinya sebagai penjaga gawang berita bola dunia yang merupakan titik pertahanan terakhir sebuah tim namun ia juga tidak seharusnya menyalahkan dirinya sendiri seperti itu karena life goes on my man.
Kala itu Gianluigi Buffon juga mengaku bahwa dirinya secara reguler dan teratur mengunjungi psikiater dan psikolog guna menangani depresi yang diderita olehnya dan mencegah dirinya dari melakukan hal - hal yang tidak diinginkan berita bola indonesia dan berhubungan dengan tali tambang, senjata api, atau melompat. Namun Gianluigi Buffon juga secara tegas kala itu menolak penggunaan obat - obatan yang bersifat penenang karena ia khawatir zat tersebut bisa mengganggu performanya menghalau si kulit bundar di atas lapangan hijau baik ketika membela Juventus maupun tim nasional Italia dan tidak memperlihatkan tindakan kasar.
Akan tetapi kisah ini memiliki akhir atau ending yang bahagia karena Gianluigi Buffon secara mantap dan meyakinkan berhasil mengalahkan rasa depresi yang menerjangnya tersebut tepat sebelum pergelaran piala Eropa tahun dua ribu empat bergulir. Sebagai penjaga gawang dan juga pemain klub sekaliber Juventus, memang sudah tidak seharusnya seorang Gianluigi Buffon bisa semudah itu jatuh ke dalam jurang gelap bernama depresi karena banyak sekali anak - anak kecil dan generasi penerus sepakbola lainnya yang mengidolakan sosok Gianluigi Buffon baik di dalam maupun di luar pertandingan sepakbola.
Sekarang kita akan membahas kehidupan seorang Gianluigi Buffon diluar dunia sepakbola yang sudah lebih dari dua puluh tahun digelutinya. Pada tanggal empat belas bulan November tahun dua ribu delapan, Gianluigi Buffon merilis sebuah buku otobiografi tentang dirinya dalam versi Italia berjudul Numero Uno atau Numero 1. Buku ini ditulis dengan kolaborasi bersama penulis terkenal Roberto Perrone. Pemain sepakbola yang telah mencapai berbagai macam hal dalam karirnya memang hampir dipastikan akan membuat sebuah otobiografi atau film dokumenter yang mengisahkan kerasnya perjuangan mereka.
Komentar
Posting Komentar